Tuesday, May 6, 2014

Altabibi naufal syafaq

PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA

Nusantara Dalam Jalur Pelayaran dan Perdagangan Dunia
            Pada bidang ekonomi, bangasa Indonesia menjadi unsur penetu terjadinya revolusi perdagangan dunia. Dengan pengembangan kapal bercadik menjdi jung, sektor perdagangan laut tumbuh dengan pesat. Dengan menggunakan jung sebagai armada transportasi dagang pada jalur laut, minimal tiga keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu :
  1. Kapasitas angkut. Masyarakat Nusantara dapat mengangkut barang dagangan yang jumlahnya berlipat apabila dibandingkan dengan perlatan sebelumnya. Dengan kapasitas angkut yang dimiliki jung, pedagang menjadi lebih menghemat waktu, tenaga, dan modal.
  2. Keamana lebih terjamin. Dengan mempergunakan kapal jung, pelyaran menjadi lebih nyaman dan aman karena lwbuh mampu mengahadapi berbagai halangan di tengah laut, seperti badai dan perompak.
  3. Jangkauan lebih luas. Kekuatan yang dimiliki kapal jung menjadikannya mampu menempuh pelayaran dengan jarak jauh. Pedagang Nusantara menjadi mampu menjangkau berbagai bangsa yang belum pernah dikunjungi.
Berbagai keuntungan yang disediakan oleh jalur perdagangan  mengakibatkan para pedagang internasional berangsur-berangsur lebih memilih jalur jalur laut sejak zaman Sriwijaya. Peran besar yang dimainkan oleh bangsa Indonesia dalam perdagangan laut internasional mendorong berbagai bangsa untuk ikut melibatkan diri. Pelabuhan-pelabuhan yang dibangun berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan dunia. Bangsa-bangsa yang tercatat aktif melakukan transaksi dagang adalah bangsa Cina dan India. Sudah sejak lama kedua bangsa ini menjali nhubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan Nusantara. Pada masa-masa selanjutnya semakin banyak bangsa asing yang ikut terlibat, seperti Jepang dan bangsa-bangsa yang beragama Islam. Pedagang Islam itu tidak berasal dari satu bangsa, melainkan dari berbagai bangsa  di sekitar Arab, antara lain Persia (Iran), Gujarat (India), dan Hadramaut (Yaman Selatan).
Para pedagang Persia, Gujarat, dan Hadramaut yang datang ke Indonesia berupaya mencari simpati dari masyarakat setempat. Mereka mendekati para raja dan bangsawan yang memegang peranan dalam dunia perdagangan. Mereka juga bergaul akrab dengan para penduduk yang didatangi. Melalui upaya inilah, komunikasi antara para pedagang dan penduduk berlangsung dengan lancar. Selain itu, transaksi jual beli menjadi sesuatu yang saling menguntungkan.
Ketika hendak kembali, para pedagang asing itu menunggu perubahan arah mata angin sambil duduk dengan berbagi pengalaman dan tukar menukar pendapat. Dari sini ajaran Islam tersampaikan. Banyak penduduk yang mencoba memhaminya hingga akhirnya memeluk Islam.
Dalam Poses Islamisasi di Nusantara peranan para pedagang muslim sangatlah penting artinya, baik pedagang dari golongan Raja dan keturunannya, kaum hartawan yang menanamkan modalnya dalam suatu saha perdagangan, ataupun sebagai golongan pedagang kelontongan yakni pedagang keliling. Kondisi ini meyebabkan kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidakalah bersamaan, karena sangat bergantung pada persinggahn para pedagang muslim. Penharuh ajaran Islam pun tidaklah sama antara daerah yang satu dengan lainnya disebabkan adanya keterkaitan yang erat dengan daerah yang sudah dipenagruhi oleh Hindu-Budha atau yang belum sama sekali mendapatkan pengaruh Hindu-Budha.
Jadi tidaklah salah jika awal sejarah masuknya Islam di Indonesia masih menjadi problema dalam sejarah karena sedikitnya data yang memungkinkan untuk merekontruksinya sejarah, “disamping tidak seragamnya pengenalan Islam terhadap seluruh kawasan, juga tingkat penerimaan Islam pada satu bagian wilayah dengan wilayah yang lain tidak hanya bergantung pada waktu pengeanalnnya, tetapi juga bergantung pada watak budaya lokal yang dihadapi Islam” (Azra, 2002, hlm.19)
Fleksibiltas ajaran Islam merupakan unsur penting dalam pelaksanaan Islamisasiny. Tetapi yang perlu juga diperhatikan adalah bagaimana sebenarnya peranan Indonesia (Nusantara) dalam jalur perdagangan dan pelyaran dunia dalam rangka penyebaran dakwah Islam di kawasn ini sangatlah penting, karena dapat memberikan gambaran kapan dan dimana pertama kali Islam masuk ke Indonesia.
Indonesia yang terletak di bagian ujung Dunia Muslim, banyak memberikan kontribusi bagi lalu lintas hubungan pelayaran dan perdagangan kawasan Nusantara dengan Timur Tengah, Asia Timur, Asia Selatan dan Afrika termasuk dunia Barat. Srateginya letak geografis Nusantara ini dapa dilihat pada “peta sejarah” dalam jalur pelayaran dan perdagangan dunia yang berimplikasi pada masuknya Indonseia pada abad ke-7 M” (Yamin, 1956, hlm. 7-9).
Indonesia merupakan daerah khatulistiwa yang sangat strategis menghubungkan antara kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Tengah, Asia Barat, Asia Selatan maupun Afrika dan Teluk Persia. Dan sejak awal Masehi dalam lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia dapat ditempuh melalui dua jalur perdagangan yaitu sebagai berikut :
  1. Melalui jalur darat yang dikenal dengan sebutan “Jalur Sutera” yakni dari Cina melalui Asia Tengah dan Turkistan sampai Laut Tengah hingga jalan mengubungkan antara Cina dengan kafilah-kafilah dari India dan Persia. Barang niaganya tetutama adalah kain sutera.
  2. Melalui Laut yaitu dari Cina dan Indonesia melalui Selat Malaka ke India, Teluk Persia, Laut Merah dan Afrika. Atau sebaliknya dari Teluk Persia, Afrika, India, Indonesia, Selat Malaka dan Asia Timur. Komoditinya terutama adalah rempah-rempah.
Kepesatan pelayaran dan perdagangan melalui Selat Malaka dan pesisir
Barat Sumatera sejak abad ke-7 M ini, sangat memungkinkan untuk terjadinya akulturasi kebudayaan dan peradaban.
            Perlak (Aceh) yang terletak di ujung pulau Sumatera merupakan terminal bagi bertemunya anatar pedagang dari afrika, Arab, India dan Cina yang memberikan kontribusi kebudayaan terutama budaya Islam pada penduduk setempat, karean aktivitas pelayaran dan perdagangan para saudagar Islam selain berniaga, mereka juga banyak bertindak sebagai mubaligh. Sebagaiman yang dikayakan oleh J. Paulus dalam Hasymy (1990, hlm.6) “(Aceh) Perlak merupakan stasiun perantara bagi para pedagang Islam dan dakwah Islam.”. Disinilah arti penting Aceh sebafgai kawasn Indonesia pada awal abad ke-1 H atau abad ke-7 M yang turut serta dalam kancah perdagangan dunia memberikantransformasi dalam tatanan ekonmi, poltik dan sosial budaya dalam sejarah Indonesia. Aceh sebagai bagian dari wilayah Indonseia yang terletak di Pulau Sumatera, sebelum masuknya Islam, merupakan daerah yang sudah dihuni oleh manusia pemakan kerang yang bermukim di sepanjang Pantai Sumatera Timur Laut, yang dapat dibuktikan dari sisa-sisa makananya dan perlatan makan yang ditemukan, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Aceh telah memiliki kebudayaan.
            Jika diperhatikan, ajaran suatu agama akan membawa pegaruh besar bagi pola-poal budaya dalam segala aspek kehidupan suatu masyarakat dalam mencapai suatu tujuan hidup secara utuh, hal demikian menunjukkan bagaimana sebenarnya bahwa melalui agama yang dianut suatu masyarakat dalam periode tertentu dapat memberikan gambaran sejarah tatanan kehidupan masyarakatnya.
            Konsep masuknya Islam di Nusantara pun mencoba menelusuri artefak-artefak yang bercorak Islam sebagai peninggalan budaya agama sehingga para ahli sejarah dapat berusaha menentukan kapan hasil-hasil budaya ini dibuat oleh suatu masyarakat dan menentukan apakah corak hasil budaya ini asli dari masyarakat itu sendiri atau ada hubungannya dengan pola-pola budaya dari luar masyarakt itu sebagai damapk akulturasi. Tadisi pelayaran dan perdagangan di Asia Tenggara dan Indonesia sebagai kawasan Nusantara ini memberikan catatan sejarah dalam proses Islamisasi di Indonesia dengan berbagai tahapan-tahapan yang dilaluinya.

No comments:

Post a Comment