Tuesday, May 6, 2014

Sekilas Riwayat Sultan Baabullah

Naoki Satryo Anggito
Sultan Baabullah
Sultan Baabullah ( 10 Februari 1528 - permulaan 1583 ) adalah sultan dan
penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570 -
1583 , ia merupakan sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah
yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak
keemasan di akhir abad ke-16 . Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai
penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara
bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall .

Masa muda

Dilahirkan tanggal 10 Februari 1528 , kaicil (pangeran) Baab adalah putera
Sultan Khairun ( 1535 - 1570 ) dengan permaisurinya Boki Tanjung , puteri
Sultan Alauddin I dari Bacan. Sultan Khairun sangat memperhatikan
pendidikan calon penggantinya, sejak kecil pangeran Baab bersama saudara-
saudaranya telah digembleng oleh para mubalig dan panglima dimana ia
memperoleh pemahaman tentang ilmu agama dan ilmu perang sekaligus.
Sejak remaja ia juga telah turut mendampingi ayahnya menjalankan urusan
pemerintahan dan kesultanan.

Ketika pecah perang Ternate–Portugis yang pertama (1559 - 1567 ), Sultan
Khairun mengutus putera – puteranya sebagai panglima untuk menghantam
kedudukan Portugis di Maluku dan Sulawesi, salah satunya adalah pangeran
Baab yang kemudian tampil sebagai panglima yang cakap dan berhasil
memperoleh kemenangan bagi Ternate. Ternate sukses menahan ambisi
Portugis sekaligus memenangkan banyak wilayah baru.

Penobatan sebagai Sultan

Kematian Sultan Khairun yang tragis memicu kemarahan rakyat dan juga
para raja di Maluku, dewan kerajaan atas dukungan rakyat lalu menobatkan
Kaicil Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya bergelar Sultan Baabullah
Datu Syah . Dalam pidato penobatannya Sultan Baabullah bersumpah bahwa
ia akan berjuang untuk menegakkan kembali panji - panji Islam di Maluku dan
menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan besar serta melakukan
tindakan balasan sampai orang terakhir bangsa Portugis meninggalkan
wilayah kerajaannya.

Pengumuman Perang Jihad

Sultan Baabullah tidak menunda waktu setelah penobatan dan pidato
pelantikan diucapkan. Perang Jihad diumumkan di seluruh negeri. Tak kalah
dengan ayahnya ia tampil sebagai koordinator yang handal dari berbagai
suku yang berbeda akar genealogis di nusantara bagian timur. Untuk
memperkuat kedudukannya Sultan Baabullah menikahi adik Sultan Iskandar
Sani dari Tidore . Raja – raja Maluku yang lainpun melupakan persaingan
mereka dan bersatu dalam satu komando di bawah Sultan Baabullah dan
panji Ternate, begitu pula raja – raja dan kepala suku di Sulawesi serta
Papua . Sultan Baabullah memiliki panglima – panglima yang handal, di
antaranya ; Raja Jailolo Katarabumi, salahakan (gubernur) Sula Kapita
Kapalaya , salahakan Ambon Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi .

Menurut sumber Spanyol , dibawah panjinya Sultan Baabullah mampu
mengerahkan 2000 kora – kora dan 120.000 prajurit.
Pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut penyerahan
Lopez de Mesquita untuk diadili. Benteng – benteng Portugis di Ternate yakni
Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat hanya
menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman De Mesquita. Atas perintah
Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan
hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar
agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai
benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak rakyat
Ternate yang telah menikah dengan orang Portugis dan mereka tinggal
dalam benteng bersama keluarganya. Karena tertekan Portugis terpaksa
memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide
namun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah.


Meskipun bersikap “lunak” terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah
tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang diberikan
sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut misi Jesuit. Ia
mengobarkan perang Soya – Soya (perang pembebasan negeri), kedudukan
Portugis di berbagai tempat digempur habis – habisan, tahun 1571 pasukan
Ternate berkekuatan 30 juanga yang memuat 3000 serdadu dibawah
pimpinan Kapita Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasil
mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de Vasconcellos
ang dibantu pribumi kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate di
pulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah Ternate
memperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.



Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan suku-suku
atau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkan
hanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama
lima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam
benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas penghianatan mereka.
Sultan Baabullah akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkan
Ternate dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate
diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan.
Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-
putera Nusantara atas kekuatan barat dan oleh Buya Hamka kemenangan
rakyat Ternate ini dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat
atas nusantara selama 100 tahun.


Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis pergi secara memalukan
dari Ternate, tak satupun yang disakiti. Mereka kemudian diperbolehkan
menetap di Ambon hingga 1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi ke
Malaka dan sebagian lagi ke Timor dimana mereka menancapkan kekuasaan
mereka hingga 400 tahun kemudian....

Sumber : http://gapi4.blogspot.com/2012/12/sekilas-riwayat-sultan-babullah.html

No comments:

Post a Comment